Sabtu, 21 Juli 2012

Alay : Penyakit atau Budaya

Bagi publik blogger sekalian yang memiliki akun di facebook atau twitter. Tentu geli atau publik blogger sekalian termasuk dalam orang yang pernah melakukan hal ini seperti
Terjemahannya kira-kira seperti ini : Sumpah baru pertama ini aku pegang BB, rasanya kaku banget. Katrok banget sih aku ini, gitu dapet minjem lagi dari kakak, haduh....
#ga pernah pegang hp bagus, kasian.

atau.

atau contoh ketika mereka berinteraksi.
Kumpulan status alay di jejaring sosial akan diposting di entri-entri berikutnya

Ya, kurang lebih hal diatas bisa disebut alay (bukan sok bikin patokan standar alay kaya apa, ya cuma pendapat lingkungan sekitar kurang lebih gitu).

Alay... apa sih definisi pasti dari kata ini?
Dulu jaman SMP ada yang bilang itu alay itu 'anak lebay'. Jadi Alay itu bukan merupakan sifat namun adalah orang yang melakukan suatu sifat tersebut (Lebay).
Namun kini istilah alay menunjuk pada sifat lebay itu sendiri.

Pendapat-pendapat tentang alay itu banyak, seperti
"alay anak layangan, nongkrong pinggir jalan sama teman-teman, biar kelihatan anak pergaulan, yang doyan kelayapan
alay gaya kayak artis, sok selebritis, norak-norak abis, dilihatnya najis aduh begitu narsis, alay jangan lebay plis" Lolita - Penyanyi Dangdut
Suatu pendapat bahwa alay adalah sesuatu yang kurang sedap dipandang dan dirasakan. Karena alay sendiri dianggap berlebihan

"alay adalah proses menuju kedewasaan" Raditya Dika - Komedian
Pendapatnya didasari oleh fenomena dimana ketika seorang remaja tanggung mulai mengenal pergaulan dan pergaulannya alay, maka diapun ikut-ikutan alay agar dikategorikan sebagai'anak gaul'. Seiring berjalannya waktu, pikirannya berkembang ke arah kedewasaan dan menganggap alay adalah suatu kepercumaan, berlebihan dan tidak bermanfaat maka diapun akan meninggalkan 'alay' ini.


Rhenald Kasali, praktisi bisnis terkenal itu berpendapat dalam bukunya "Cracking Zone" bahwa alay merupakan dampak perilaku konsumtif yang terjadi di masyarakat Indonesia. "Indonesia di awal abad 21, 180 juta ponsel di saku penduduknya, 50% di antaranya smart phone yang layak berinternet. Narsis tetapi nasionalis, yang jauh menjadi dekat-sementara yang dekat menjadi jauh, asyik sibuk sendiri, alay, multi tasking dan real time. Mereka adalah penopang ekonomi negara yang pada akhir tahun 2010 mencatatkan income/capita US$3,000. Inilah penduduk yang rakus mengkonsumsi apa saja, dari sepeda motor sampai voucher telepon dan makan seminggu sekali bersama keluarga di luar rumah."

"Alay adalah sebuah istilah yang merujuk pada sebuah fenomena perilaku remaja di Indonesia. "Alay" merupakan singkatan dari "anak layangan"atau "anak lebay". Istilah ini merupakan stereotipe yang menggambarkan gaya hidup norak atau kampungan. Selain itu, alay merujuk pada gaya yang dianggap berlebihan dan selalu berusaha menarik perhatian.Seseorang yang dikategorikan alay umumnya memiliki perilaku unik dalam hal bahasa dan gaya hidup.Dalam gaya bahasa, terutama bahasa tulis, alay merujuk pada kesenangan remaja menggabungkan huruf besar-huruf kecil, menggabungkan huruf dengan angka dan simbol, atau menyingkat secara berlebihan. Dalam gaya bicara, mereka berbicara dengan intonasi dan gaya yang berlebihan.Di Filipina terdapat fenomena yang mirip, sering disebut sebagai Jejemon.Alay merupakan sekelompok minoritas yang mempunyai karakterisitik unik di mana penampilan dan bahasa yang mereka gunakan terkadang menyilaukan mata dan menyakitkan telinga bagi mayoritas yang tidak terbiasa bersosialisasi dengannya. Biasanya para Alayers (panggilan para Alay) mempunyai trend busana tersendiri yang dapat menyebar cepat layaknya wabah virus dikalangan para Alayers yang lain, sehingga menciptakan satu keseragaman bentuk yang sedikit tidak lazim." Wikipedia Bahasa Indonesia
(si Admin ga bohong soal alay ada di wikipedia, bahkan Wikipedia Bahasa Inggris juga memiliki artikel tentang alay, klik disini)

Alay ada klasifikasinya juga.
sahabat blogger http://yudhim.blogspot.com membagi alay menjadi 4 tingkat, yaitu.
A. Tingkat Paling rendah
B. Tingkat Rendah
C. Tingkat Sedang
D. Tingkat Parah

Diakui atau tidak, senang atau tidak senang, menyebalkan atau malah suatu hiburan alay adalah suatu fenomena khas yang terjadi di lingkungan publik blogger sekalian. Meskipun keberadaannya dianggap tidak nyaman bagi yang tidak terbiasa. Publik blogger sekalian tinggal menilai, apakah keberadaan fenomena alay adalah suatu penyakit masyarakat yang harus dibinasakan atau dapat dijadikan budaya baru yang dapat diklaim oleh kita, bangsa Indonesia (haha, terus terang si Admin geli)
Sudahkah alay terpetakan oleh ahli sosiologi? Apakah akan juga dicomot sama tetangga sebelah dan memiliki nasib serupa dengan Reog Ponorogo dan Tari Tor-Tor? Kita tunggu saja......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar